akulturasi budaya
Oleh : Zaki (Ketua PD IPM Pringsewu)
Berbicara tentang kebudayaan yang ada di Indonesia tentunya ada sedikit hubungan antara Indonesia dengan negara-negara di Timur tengah. Adanya hubungan kebudayaan antara Indonesia dengan Timur tengah tentunya tidak terlepas dari masa perdagangan- perdagangan maritim yang dilakukan oleh orang-orang Arab yang sejatinya telah mereka lakukan sejak 5 abad sebelum Masehi hingga pada akhirnya mereka menginjakkan kaki di Indonesia serta melakukan misi-misi perdagangan ke nusantara dan juga menyebarkan mensyi'arkan ajaran yang mereka bawa dengan metode perdagangan dan budaya. Tentunya salah satu hasil akulturasi kebudayaan antara Indonesia dengan Timur tengah adalah dengan menciptakan kebudayaan lokal dalam bentuk musik, baik musik zapin dan musik gambus yang tidak asing lagi di telinga kita.
Kata Kunci: budaya,akulturasi,musik,gambus,zapin.
Pendahuluan
Perkembangan kebudayaan Timur tengah di Indonesia tentunya diawali dari adanya sistem perdagangan maritim yang dilakukan oleh orang-orang Timur tengah ke Indonesia melalui selat Malaka yang menjadi pintu gerbang perdagangan Nusantara saat itu. Pada awalnya, hasil akulturasi budaya yang sangat menonjol adalah tentang musik, kebudayaan yang ada di Indonesia yang merupakan hasil akulturasi budaya antara Indonesia dengan Timur tengah adalah musik gambus yang bergenre Melayu di mana musik tersebut dibawa oleh para pedagang keturunan Arab di Yaman yang melakukan perdagangan maritim ke Indonesia.
Akulturasi budaya sendiri merupakan sebuah percampuran dari 2 kebudayaan atau bahkan lebih yang masing-masing memiliki pengaruh yang besar dalam menghadirkan kebudayaan baru di kalangan masyarakat. Berbicara mengenai akulturasi budaya Timur tengah terhadap Indonesia tentunya tidak dapat dilepaskan dari sejarah masuknya ajaran Islam di Indonesia dimana melalui pintu tersebut menghadirkan berbagai bentuk kebudayaan yang merupakan hasil akulturasi, baik budaya dalam konteks acara adat, ataupun budaya dalam konteks seni, budaya dalam konteks bangunan, bahkan dalam konteks sosial.
Sejatinya terjadinya proses akulturasi budaya antara kedua belah pihak tidak akan terjadi apabila ada salah satu pihak yang menolak akan hadirnya kebudayaan baru dalam negara tersebut, sehingga dukungan sosial merupakan suatu aspek yang menjadi salah satu faktor utama yang mendukung akan terjadinya proses akulturasi budaya, khususnya akulturasi budaya Timur tengah di Indonesia.
Pentingnya kami mengangkat tema kebudayaan ini adalah untuk kembali mengangkat citra kebudayaan lokal, khususnya musik-musik tradisional yang saat ini mulai tergerus oleh arus globalisasi sehingga kebudayaan kebudayaan lokal yang seharusnya menjadi nilai yang diangkat oleh anak bangsa justru kalah dengan kebudayaan kebudayaan baru yang merupakan dampak dari adanya globalisasi. Seringkali masyarakat Indonesia justru tidak kenal dengan kebudayaan yang dimiliki oleh bangsanya sendiri, alih-alih mengenal kebudayaan bangsanya sendiri mereka lebih bangga akan kebudayaan-kebudayaan asing yang merupakan dampak dari adanya arus globalisasi yang sangat dahsyat.
Rumusan Masalah
Dalam penelitian kami, ada beberapa permasalahan yang dianggap penting untuk dikaji sehingga pada akhirnya memunculkan 2 pertanyaan yang akan dibahas dalam riset ini, yaitu :
1. Apa penyebab terjadinya akulturasi budaya?
2. Bagaimana langkah yang harus diambil pemerintah untuk tetap melestarikan kebudayaan- kebudayaan yang ada?
Dalam berbagai penelitian sebelumnya, banyak penulis yang juga merumuskan sebuah penelitian mengenai hal ini. Akan tetapi dari berbagai jurnal yang dijadikan sebagai referensi, sebagian besar jurnal tersebut lebih condong untuk membahas akulturasi budaya dalam konteks
agama dan dalam beberapa jurnal lainnya mengangkat permasalahan kebudayaan dalam aspek sosiologis terhadap bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, kami merumuskan sebuah permasalahan dalam judul yang sama akan tetapi dengan titik fokus permasalahan yang berbeda sehingga dapat dijadikan sebagai acuan pembelajaran yang lebih luas.
Teori Konsep
Untuk menjawab persoalan dan permasalahan diatas, kami mengangkat sebuah teori yaitu postmodernisme. Postmodernisme sendiri merupakan sebuah teori kritik terhadap paradigma modern yang dianggap telah menghancurkan martabat manusia serta memberikan dampak kehidupan yang gelap, meskipun di sisi lain modernisasi memiliki konsep untuk memajukan kehidupan umat manusia. Postmodernisme memiliki konsep waktu yang sangat khas yaitu relativitas waktu di mana konsep tersebut memiliki nilai relativitas dan tidak menuntut atas kesamaan terhadap suatu hal.
Postmodernisme dalam memandang budaya adalah sebagai suatu hal yang relatif sebagaimana yang telah dikembangkan dan kita tanamkan dalam disiplin ilmu antropologi. Dalam ilmu antropologi mengatakan bahwa kebudayaan merupakan suatu hal yang relatif, terbentuk sesuai dengan latar belakang sejarah yang ada serta kondisi geografis wilayah tersebut. Dalam sudut pandang antropologi mengatakan bahwasanya kebudayaan mungkin memiliki suatu hal yang mirip dalam berbagai aspek antara satu dengan yang lainnya, namun mustahil kebudayaan memiliki kesamaan antara budaya yang satu dengan yang lainnya.
Pembahasan
Konsep postmodernisme menjadi dasar terhadap terjadinya proses akulturasi budaya dalam sudut pandang postmodernisme dimana akulturasi kebudayaan yang terjadi di Indonesia dengan Timur tengah memiliki kemiripan dalam berbagai aspek budaya, baik dalam unsur seni, konstruksi bangunan, bahkan dalam aspek sosial sekalipun. Dalam sudut pandang postmodernisme, faktor yang menyebabkan terjadinya akulturasi budaya adalah adanya revolusi budaya secara besar-besaran di mana hal tersebut merupakan bentuk dekonstruksi paradigma modernisasi. Jika ditinjau dari aspek historis, terjadinya akulturasi budaya di Indonesia cukup relevan dengan apa yang dicetuskan oleh pemikir-pemikir postmodernisme di
mana peristiwa akulturasi budaya khususnya di Indonesia terjadi di tengah revolusi di berbagai negara Timur tengah.
Langkah yang perlu diambil oleh pemerintah dalam melestarikan kebudayaan lokal yang merupakan hasil akulturasi agar tidak tergerus oleh arus globalisasi dalam sudut pandang postmodernisme adalah dengan terus mempertahankan identitas budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Hal ini sebagaimana yang dicetuskan oleh Jean Baudrillard bahwa kehidupan sosial dinilai tidak memiliki makna apabila manusia kehilangan identitas dan jati diri sebagai masyarakat berbangsa dan bernegara yang yang menjunjung tinggi nilai lokal yang dimiliki oleh bangsanya.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa postmodernisme merupakan sebuah paradigma baru yang mengkritik atas paradigma modernisasi dan mengklaim bahwa paradigma modernisasi kurang bertanggung jawab atas hadirnya proses modernisasi yang terjadi di kalangan umat manusia sehingga banyak manusia yang disorientasi atas jati dirinya sendiri sebagai manusia.
Modernisme menganggap faktor penyebab terjadinya proses akulturasi budaya ya adalah karena adanya revolusi budaya besar-besaran yang merupakan bentuk dekonstruksi atas pemikiran modernisasi di kalangan umat manusia. Hal tersebut sangat relevan jika ditinjau dengan adanya revolusi besar-besaran di Timur tengah saat proses akulturasi budaya Timur tengah di Indonesia, sehingga hal tersebut menjadi tantangan bagi pemerintah Indonesia saat ini untuk mempertahankan kebudayaan yang merupakan hasil akulturasi budaya dengan mempertahankan nilai lokal dan identitas serta jati diri bangsa Indonesia.
Komentar
Posting Komentar