aku dan kamu, yuk melestari bersama



Berita duka datang dari California, Amerika Serikat tepatnya di San Diego Animal Park. Seekor badak putih utara menghembuskan nafas terakhirnya dan menandakan bahwa mamalia besar ini sudah bisa dipastikan punah dari muka bumi. Banyak netizen dan pecinta fauna yang bercuit di akun media sosialnya, menyayangkan kepunahan hewan yang berasal dari benua Afrika ini. Menurut International Conservation of Nature (IUCN) di tahun 2019 sebanyak 10 fauna masuk ke dalam daftar hewan yang terancam punah termasuk badak sumatera. tentu saja ini rambu-rambu bagi kita semua.

Membiarkan dan hanya menyaksikan kepunahan demi kepunahan flora serta fauna di bumi ini adalah prilaku yang haram bagi semua umat manusia. Anggap saja kita semua ini adalah spesies makhluk yang memang paling bertanggung jawab atas segala kerusakan yang terjadi di sekitar kita. Maka sudah semestinya kesadaran ekologi, spirit untuk terus melestarikan alam ini menjadi tanggung jawab yang dibebankan kepada semua orang. Bukan hanya pecinta flora dan fauna saja. Sebab Al-Qur’an sudah memberi peringatan keras terhadap manusia yang membuat kerusakan di muka bumi ini. Dalam QS Al-A’raf 56 Allah berfirman :

وَلَا تُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ بَعۡدَ إِصۡلَٰحِهَا وَٱدۡعُوهُ خَوۡفٗا وَطَمَعًاۚ إِنَّ رَحۡمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٞ مِّنَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

Dalam ayat ini Allah SWT terang mengatakan bahwa tidak ada satupun alasan yang dibenarkan untuk merusak lingkungan. Bahkan setelah melakukan perbaikan lingkungan dan merawat kelestarian alam tidak dibenarkan untuk sedikit saja melakukan kerusakan. Kritik penulis terhadap pemegang kekuasaan yang hari ini menggembor-gemborkan spirit ekologi adalah mereka mendirikan banyak tambang migas dan lain sebagainya untuk kepentingan makhluk buas bernama manusia tetapi lupa bagaimana melakukan perbaikan-perbaikan lingkungan. Ya, kurang lebih eksploitasi berkedok eksplorasi.

 Sekali lagi, berdiam diri melihat isu-isu lingkungan yang terlihat semakin antah berantah adalah kekejaman terhadap diri sendiri. Sebab dampak dari lingkungan yang hari ini tercemar adalah ancaman kesehetan kita di masa yang akan datang. Syekh Yusuf Qardawi seorang cendekiawan muslim dari Mesir mengatakan bahwa menjaga lingkungan sama halnya dengan menjaga jiwa. Dalam bukunya yang berjudul Islam Agama Ramah Lingkungan tersebut ia menegaskan bahwa kerusakan yang hari ini dibuat oleh manusia akan berdampak negatif juga terhadap manusia di masa yang akan datang. Jadi, menjaga kelestarian lingkungan sama saja menjaga diri kita sendiri, menjaga anak cucu kita dan yang paling penting adalah bahwa kita sudah berikhtiar untuk tetap menjaga keberlangsungan kehidupan bagi seluruh umat manusia.

Merawat lingkungan bisa kita mulai dengan hal-hal yang sederhana seperti membuang sampah pada tempatnya, menanam tumbuhan di sekitar rumah kita, tidak menggunakan tisu secara berlebihan dan lain sebagainya. Bayangkan ketika kesadaran seperti ini merata dan pemikiran spirit ekologi terdistribusi sempurna kepada jutaan manusia, mungkin keseimbangan ekosistem darat, laut dan udara akan tetap terjaga. Aku dan kamu, yuk jaga lingkungan untuk kita.

penulis : salman rifqi saputra

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Antara akh, ukh, sis, atau cuk!

move on

Postmodernisme : Patogen bagi kita?