Ketika Argumentasi Dikebiri
Muktamar Ikatan Pelajar Muhammadiyah XXII telah usai, namun tampaknya dinamika permusyawaratan yang diselenggarakan dua tahunan ini belum juga tuntas. Masih banyak selentingan dan akun fake yang bertebaran di berbagai platform media sosial yang menggambarkan bagaimana dinamisnya muktamar tahun ini. Muktamar XXII IPM memang sangat berbeda dengan muktamar-muktamar IPM sebelumnya, selain karena penyelenggaraan dan prosesnya melalui virtual, muktamar IPM yang berlangsung mulai tanggal 25-28 Maret 2020 ini juga merupakan permusyawaratan online pertama ortom Muhammadiyah.
Beyond the limit Reframe the future, begitulah tema besar Muktamar XXII IPM 2021. Membaca tema ini penulis tiba-tiba teringat pada slogan salah satu tokoh dari film animasi Toys story yakni Buzz Lightyear yang sering mengatakan menuju tak terbatas dan melampauinya. Moto tersebut syarat akan semangat perjuangan yang berapi-api untuk terus bermimpi, berharap dan berusaha untuk mewujudkan keinginan kita. Begiu juga dengan Ikatan Pelajar Muhammadiyah, dalam kondisi apapun dan bagaimanapun juga IPM harus terus melangkah dan bahkan berlari agar tetap eksis dalam dunia organisasi kepemudaan di Indonesia.
Tahun 2020 Pandemi Covid-19 datang bagaikan gelombang magnitude besar yang siap menerjang apapun dan siapapun yang ada dihadapannya. Berbagai sektor dan profesi manusiapun tak bisa menghindar dari gelombang pandemi ini. Ketahanan imun serta kepatuhan kita terhadap protokol kesehatan menjadi penentu utama supaya manusia tetap bisa melangsungkan kehidupannya. Begitupun dengan IPM, keharusan untuk melaksanakan reorganisasi misalnya, ini menjadi salah satu tuntutan besar terselenggaranya kegiatan Muktamar online kali ini. Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap individu atau organisasi yang tidak mampu untuk beradaptasi dengan kondisi dan keadaan yang terus dinamis, maka akan tergerus oleh waktu kemudian lenyap.
Menjadi penting untuk diperhatikan bahwa selain memilih pimpinan baru di tingkat PP IPM, muktamar juga menjadi salah satu ajang untuk mewadahi aspirasi dan gagasasan kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Disinilah tempat tumpahnya ide-ide kreatifitas kader IPM. Bagaimana kemudian semua ide dan aspirasi kader mampu diakomodir oleh PP IPM dan menjadi salah satu agenda aksi IPM kedepan supaya organisasi ini bisa tetap subur meskipun tanah masih dalam keadaan yang tandus. Alih-alih menjadi tempat euforia dan kegembiraan sumbangsih intelektual kader, Muktamar IPM kali ini memiliki beberapa catatan yang kurang baik dari para kader ikatan. Pembungkaman gagasan secara virtual misalnya, fenomena ini dirasakan oleh banyak kader IPM. Dengan dalih ketertiban, Pimpinan sidang dirasa terlalu mencolok keberpihakannya. Kita faham betul bahwa mengabaikan pendapat dan gagasan saat persidangan merupakan dosa besar bagi presidium sidang yang memang sudah diamanahi untuk memimpin jalannya persidangan.
Sampai saat ini pun maraknya akun-akun fake di media sosial, hastage-hastage yang berisi tentang penolakan terhadap keputusan muktamar XXII IPM menjadi bukti bahwa Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah harus mengambil sikap tegas untuk sekedar mendengarkan keluh kesah dari para kader ikatan. Sebab bagaimanapun juga PP IPM harus bisa mengayomi semua kader di semua level pimpinan yang ada di Indonesia. Tentu saja dengan resonansi komunikasi tanpa adanya tendensi.
Oleh : Firdaus Armansyah
Editor : Salman Rifqi Saputra
Oke banget cak
BalasHapusHehe hanya berargumentasi aja kang
BalasHapusPernyataan sikap harus segara diberikan oleh PP IPM agar kepercayaan kader terhadap PP IPM kembali seperti semula
BalasHapus