menipisnya ibadah sosial umat manusia


Manusia merupakan makhluk sosial yang kehadirannya sangat dibutuhkan oleh orang lain. Jika kita flashback sebentar untuk setidaknya melihat dan merefleksikan apa yang terjadi di masa lampau, kemerdekaan yang dapat diraih oleh negara ini merupakan hasil kerja keras dan kerjasama antara semua elemen yang terdapat dalam bangsa ini. 

Dalam Islam perintah berkolaborasi terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-Ma’idah ayat ayat 2 :

وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ

“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. Al-Ma’idah : 2)

Memang pada dasarnya kerjasama merupakan prinsip yang sangat penting dalam sebuah peradaban baik dimensi sosial, keagamaan, kebangsaan dan lain-lain. Ayat di atas memerintahkan kepada kita untuk bekerjasama dalam kebaikan dan bukan bekerjasama (persekongkolan dalam kejahatan, makar untuk menggulingkan pemerintahan yang sah dan lain sebagainya). Fenomena yang terjadi saat ini seolah ayat di atas menjadi boomerang bagi umat muslim karena ada beberapa oknum yang ingin merusak islam dari dalam dengan aksi-aksi terorisme dengan dalih bahwa kerjasama merupakan anjuran bagi umat muslim dan tentu saja fenomena ini merupakan penyimpangan yang disebabkan oleh kadar emosional melebihi kapasitas rasionalnya. Atau bisa jadi kurangnya pemahaman dalam proses belajar sehingga mengakibatkan terbentuknya prilaku yang kurang baik. 

Rosulullah saw dalam menyiarkan dinul islampun dimulai dari saling mempersaudaraan antara satu sahabat dengan sahabat yang lainnya. Etos tolong menolong yang dibangun oleh Rosulullah saw sangat bisa dirasakan oleh semua kalangan terutama sahabat yang hijrah ke Madinah dengan hanya membawa sehelai pakaian yang melekat pada tubuhnya. Di antara kisah sahabat yang tercatat dengan tinta emas yakni kisah Abdurahman bin Auf (Muhajirin) yang dipersaudarakan dengan Saad bin Rabi (anshor) dan tentu saja kisah ini sudah sangat familiar di telinga kita. 

Di era modern saat ini konsep tolong menolong seperti yang dicontohkan oleh sahabat Abdurrahman bin Auf dan Saad bin Rabi yang terbangun karena Allah sudah sangat jarang kita ditemui. Perkembangan teknologi telah memberi banyak pengaruh dan kontribusi yang sangat luar biasa dalam kehidupan bemasyarakat. Kehidupan bersosial kini menjadi sangat instan dan paktis, kita mudah melakukan dan mendapatkan apa saja yang kita inginkan dengan mengandalkan teknologi-teknologi canggih yang kini terus bermunculan. Akhirnya semua orang nyaris menjadi apatis, sudah tidak lagi peduli terhadap orang-orang di sekitarnya apalagi sampai mau mengedepankan kebersamaan. Masing-masing orang saat ini tampak sibuk memikirkan urusannya sendiri dan akhirnya membuat kita menjadi pribadi yang individualistik. 
Faktanya ketidakmampuan kita dalam memfilter roda teknologi yang dinamis ini akan terus menggerus kebiasaan baik kita yang di masa sebelum maraknya teknologi dapat kita lakukan. Maka menipis lah ibadah sosial umat manusia. Percakapan kecil saat antre di puskesmas, saling bertanya tempat tinggal saat antre menunggu angkutan umum kini sudah terganti dengan aktivitas menundukkan pandangan ke arah gadget. 

Padahal dampak dari adanya tolong menolong bagi umat islam adalah bahwa kita akan mampu mencapai titik peradaban yang sangat luar biasa. 
Mungkin kedepan akan ada spirit ta'awun yang bisa mengganti ibadah sosial kita yang sudah lama tidak kita tunaikan. 


Penulis : Salman Rifqi Saputra
05 Ramadhan 1441 H

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Antara akh, ukh, sis, atau cuk!

Sumber Hukum dalam Islam

IPM di tengah arus pandemi